Lastri

Lastri lewat surat ini Mas Dayat minta supaya kamu gak terlalu mengkhawatirkan Mas yang sedang merantau ini. Sampai detik Mas tulis surat ini buat kamu, Mas dalam keadaan sehat tanpa kekurangan satu apapun, bahkan boleh dibilang Masmu ini malah sedang kelebihan. Mas kelebihan perasaan bahagia. Perasaan bahagia ini yang mau Mas kasih buat dek Lastri di Desa. Waduh kalo bicara tentang Desa, Mas Dayat jadi inget Simbok sama Bapak, juga si Tole adek Mas yang masih kelas 5 SD. Wah gimana ya kabar mereka. Semoga mereka dalam lindungan Allah. oh ya Dek Lastri, Mas Dayat sudah mengumpulkan sedikit uang untuk sangu Mas buat Nikahan kita nanti. Gak banyak, tapi lumayan buat nambahin keperluan kita nanti. Nanti kalo Mas balik ke Desa, kita yang pergi belanja berdua ya? naik sepeda onthel milik Bapak, terus biar cepet nyampe pasarnya kita pergi lewat pematang sawahnya pak Haji Samsul. Oh iya Dek Lastri kapan hari Mas bermimpi lihat orang yang perawakannya mirip sekali seperti anaknya Haji Samsul, si Anwar. Mau aku sapa orangnya dah keduluan masuk Mobil, kayak buru buru keluar dari toko peralatan Bayi gitu sambil membawa beberapa tas besar. Tapi untuk siapa ya? setahu Mas Dayat isterinya kan sudah divonis gak bisa mengandung. Ah sudahlah itu urusan mereka pikirku. Habis mimpi aneh itu Mas Dayat terjaga dari tidur. Sempat berpikir sejenak tapi biarlah, itu hanya mimpi biasa. Siapa tau memang Allah mengabulkan keinginan si Anwar untuk punya momongan. eh jangan salah sebelumnya Mas Dayat juga sering mimpiin Dek Lastri. Mungkin itu karena Mas lagi kangen sama Dek Lastri kali ya? Mas Dayat juga mau minta maaf kalo tahun kemaren gak bisa pulang ke Desa seperti yang Dek Lastri pengen. Kesibukan Mas Dayat dan terisolirnya daerah pertambangan inilah yang membuat Mas Dayat seperti terkucil di negeri sendiri. Mau kirim surat pun susah , karena gak tiap waktu orang balik ke kota. Kalopun ada itu butuh waktu 3 hari untuk sampai ke Kota. Kebetulan Alhamdulillah, besok Bos mau pulang ke Kota, dan menawarkan semua buruh yang mau nitip surat buat keluarganya akan dikirimkannya sesampainya di Kota. Beruntung sekali ya, Mas Dayat punya Bos yang baik hati. Mas Dayat memang sengaja nulis surat ini dengan santai, biar Dek Lastri tenang dan kuat nunggu Mas Dayat. Biar Dek Lastri gak khawatir tentang keadaan dan keselamatan Mas di sini. Soal makan jangan ditanya Dek, di sini banyak sekali stok makanan. Kalaupun habis kita biasanya suka nyari makanan dari dalam hutan. Berburu rusa dah jadi kegiatan rutin buruh disini. Jadi jangan mengkhawatirkan Mas Dayat. Justru Mas khawatir dengan kesehatan Dek Lastri. Mas khawatir sama kebiasaanmu yang susah makan apalagi kalo lagi musim dingin gini, Mas khawatir dengan Asma Dek Lastri. Mas minta Dek Lastri jaga bener kondisi kesehatan. Sabar ya Dek Lastri, sebentar lagi kan Mas Dayat balik ke Desa. Mas Dayat pasti nepati janji buat nikahin Dek Lastri nanti. Ya sudah Dek, Mas Dayat mau kerja lagi.salam sayang buat Dek Lastri, salam juga buat semua keluarga di Desa. Nanti kalo ada kesempatan Mas pasti kirim kabar lagi buat Dek Lastri. Yang mencintaimu, Dayat. Nun jauh di sana di sebuah Desa Sederhana, saat hujan gerimis di pendopo seorang Kepala Desa, nampak duduk seorang diri di kursi rotan, sambil membawa secarik kertas dan terdengar seperti menahan isak tangis. Hanya tetesan air matalah yang tak bisa ia bendung, mengucur deras dari dua bola matanya. Rambut ikal yang ia urai nampak enggan menyaksikan adegan insan tersebut. Yak, benar, dia adalah Lastri. Ia sedang membaca surat dari Dayat yang kemaren sore baru diberikan ibunya kepadanya. Baru sore ini ia berani membaca surat dari Dayat, dan seperti sudah dalam dugaannya apa yang menjadi isi dari surat itu. Terdengar langkah kaki mendekati peraduan Lastri di pendopo, dengan sigap ia menghapus jejak air mata dari parasnya yang manis. Sosok wanita cantik berambut panjang sebahu itu lantas menepuk bahu Lastri dan merangkul Lastri dengan lembutnya. “Lastri, ada apa sendirian di pendopo?…Mbak juga tadi seperti denger kamu nangis terisak isak, tuh mata kamu masih bengkak. Lastri habis nangis ya? ayo cerita ke embak ….kamu lagi ada masalah?” tanya Mbak Ning “enggak mbak, Lastri gak kenapa2 kok, cuma pengen nangis aja. ini lagi liat gerimis, jadi inget emak sama bapak di rumah. Lastri kangen mereka mbak” sahut Lastri sambil buru2 menyembunyikan surat ke kantong baju dasternya. “eh Lastri tu gimana sih, hemm… kalo kangen ya maen lah ke rumah Emak. ntar ajak sekalian Mas Anwar sekalian periksa kandunganmu itu” ucap Mbak Ning sambil berlalu menuju teras samil menyiram tanaman hias dalam pot besar Gak tahu apa aku wanita yang beruntung atau apa…bisa bertemu orang sebaik Mbak Ning. Dia begitu dewasa, kalem, tegas dan bijak. Jauh sekali bedaaannya denganku ini, lemah, sering sakit-sakitan, sedikit kekanak-kanakan bahkan. Ya Allah aku gak bisa membayangkan seandainya Mas Dayat tahu kondisiku saat ini. Marah dan kecewa sudah pasti, tapi apa hanya berhenti sampai disitu sajakah? Bagaimana dengan kehidupannya selanjutnya. Padahal Mas Dayat sangat mendambakan aku sebagi isterinya. Padahal Mas Dayat sudah merencanakan pernikahan suci denganku. Padahal Mas Dayat sangat mencintai dan menyayangiku. Beda dengan Mas Anwar, meski dia suamiku saat ini, tapi tak ada sedikitpun rasa sayang dan simpati ke aku. Padahal saat ini aku sedang mengandung anaknya.Ya Allah …seberuntung itukah diriku, bisa dalam posisi sulit seperti ini? Bagaimana jika Mas Dayat tahu kalo aku sedang mengandung anak dari seorang pria yang sempat hadir dalam mimpinya itu. Bisakah Mas Dayat menerima kenyataan ini, dimana aku hanya sebagai alat untuk menghasilkan anak dari Mas Anwar. Jujur aku masih sangat sayang Mas Dayat. Semua ini aku lakukan semata-mata karena hormatku pada Emak dn Bapak. Inilah bentuk pengabdian dan pengorbanan hidup terbesarku ikhlas diperistri Mas Anwar hanya untuk menghasilkah seorang anak dari rahimku. Tanpa sayang apalagi cinta. Aku juga heran dengan sikap Mbak Ning yang juga masih isteri Mas Anwar yang mengikhlaskan suaminya menikah denganku. Tapi Mbak Ning orangnya baik sekali. Ataukah dia seperti itu karena perjanjian itu? kalo anak dalam rahimku lahir Mbak Ning lah yang berhak mengasuh. Lantas aku? ….. …………….BERSAMBUNG………….#dah malem…mau tidur dulu

Romansa Sambel Tomat

sepasang suami istri sedang berbincang di dapur…sebut saja mereka Jiman dan Nur. Pasangan yang baru dua bulan menikah ini terlihat sangat romantis dalam kehidupan sehari harinya.
Jiman: “sayaaaaaaang, kamu di manaaaaa? makan yok” teriak Jiman yang tengah menonton TV di ruang tengah
Nur  : “apa sih teriak teriak, kayak tarsan aja…emmm, sayangku kelaperan ya?…aku masakin ya?” sahut Nur yang baru membereskan tempat tidur
Jiman: “eh sayang mau masak apa? hujan deres gini enaknya makan apa ya? jangan masak mie instan deh, dua hari yang lalu kan sudah makan mie malam hari gini, gak bagus buat kesehatan kalo makan terlalu sering….bener kan sayaaang?” menyusul Nur ke dapur
Nur : “terus masak apa dong….eh gimana kalo aku buatin sambel tomat yang super pedes, kan bisa angetin perut endutmu tuh?haha…” Nur bercanda
Jiman: “wah ide bagus itu sayang, sini aku yang siapain bumbu sambelnya….gini2 aku jago buat sambel lo…kamu yang rebus telor sama tempenya yaaaa?”
Nur: “Siap bossss….” Nur memeluk Jiman dari belakang
Jiman: #terkejut dan membalas dengan senyum….”waduh belum dibuatin sambel udah mancing-mancing keributan nih…hahaha” Jiman tertawa lepas
Nur: “sayaaang mau terong bulet buat lalapan nggaaak?ini masih ada sisa yang kemaren aku beli…mau yah?…dah agak layu sih, tapi di jamin deh rasanya gak berubah.”
Jiman: “boleh….eh terasinya dimana?perasaan kemaren aku liat di atas rak bumbu”
Nur: “itu ada di dalam botol kaca, eh sayang aku seneng deh dah dibantuin masak buat makan malam kita” menatap Jiman
Jiman: “aaahhh, biasa aja kali sayaaang. kan yang makan kita berdua. lagian aku juga lagi gak ngapa-ngapain.eh tapi kamu gak malu kan punya suami yang seneng dan pandai masak kayak aku gini?…huehehehe” melirik Nur dengan senyuman
Nur: “ya jelas enggak lah….justru bangga banget punya suami yang mau ngerti kebutuhan keluarga dan mampu bekerjasama didalamnya.apalagi suaminya cuakep kayak kamu sayaaang”
Jiman: “makasih ya….aku juga beruntung punya istri yang pinter masak kayak kamu.pokoknya aku janji deh akan buat kamu seneng dan hidup bahagia bersamaku.tapi perlu diingat juga kebahagiaan gak bisa diukur dengan mewahnya materi, banyaknya harta …tapi bahagia itu datang dan tersimpan abadi di sini….di dadaku dan dadamu…karena satu hatilah yang melahirkan sebuah kebahagiaan.” memeluk mesra Nur
Nur: “iiiyyyaaa saaayaaang….I love U…hey…malah peluk pelukan gini sih…buruan tuh ulek sambelnya….katanya dah laper….telornya juga dah mateng tuh kayaknya”…tersipu malu dan berlalu pergi mengambil telor rebus yang sudah mendidih.
Jiman: “ulala…wala…this is it…Love It….sambel tomatnya sudah siaaaappp…sayang aku ambilin nasi ya?…eh gimana kalo makannya satu piring buat berdua, kayaknya asik tuh….”
Nur: “silahkan tuan, terserah anda….hamba menunggu paduka di meja makan saja”
Jiman menghampiri meja makan sambil membawa sambel tomat dan sepiring nasi hangat….
Dan mereka makan dengan lahapnya di tengah hujan deras yang terus mengguyur kota denpasar sejak jam 5 sore tadi.
####sebuah cerita sangat sederhana, yang menceritakan kehidupan pasangan muda dalam beberapa menit lamanya. memang tidak bisa dipungkiri bahwa urusan perut sangat berpengaruh terhadap keseimbangan perasaan yang berujung kepada penilaian dan berakhir dengan kebahagiaan. hanya bermula dari becandaan pegen buat sambel tomat , lahirlah romansa yang tercipta oleh kedua insan tersebut. wah seneng banget rasanya andai cerita di atas bener2 terjadi dalam kehidupan nyata. mereka berdua begitu kompak. tidak ada yang berperan sebagai si suami atau si istri. yang terlihat adalah sebuah Patner. saling mengingatkan dan menguatkan.Yaaaa… Patner…seperti mottoku My Patner. semoga di luar sana banyk keluarga2 muda nan bahagia seperti mereka. Dan ku harap demikian juga denganku kelak.amin.

pergilah mimpi

mimpi itu gak pernah datang seperti yang kuminta
dia datang dan pergi sesukanya
kadang membawaku senyuman, namun tak jarang pula memberiku tangisan
mimpi bisa merubah duniaku dalam sekejab
dan aku puas merasakan semua yang mimpi beri
namun tanpa kusadar, mimpi membawaku  ke jurang ilusi
fiksi yang ku buat sendiri, tanpa peduli dengan diri sendiri
awan pekat itu kini menghapiriku, seperti mengajaku terbang bersamanya
namun apa dayaku?
kini justru aku berada dipersimpangan waktu….aku kebingungan
aku terjebak dengan duniaku, aku sudah terlena dengan manisnya dunia
aku kini sadar semua yang ada dalam mimpiku hanyalah takdir
aku harus bisa merubah takdir, karena aku mau itu terjadi
lupakan sejenak semuanya, semua emosi gilaku
ku tatap langit, dan kuhembuskan asa indahku
kini aku merasa sudah menghapus mimpi.
maafkan aku mimpi.